MENGENAL ORGANISASI PECINTA ALAM DI
INDONESIA
PENDAHULUAN
Indonesia Negara yang berpenduduk sekitar 270 juta jiwa,
sebagian besar terdiri dari Generasi Muda. Generasi yang memiliki kehendak
untuk berkreasi, bergerak secara bebas menentukan sikapnya.
Di awal tahun 1970-an, ORBA mulai mencanangkan program
pembangunan melalui tahapan Repelita. ORBA mensyaratkan kestabilan nasional
sebagai faktor utama demi menunjang keberhasilan program pembangunannya.
Sehingga aktivitas-aktivitas politik praktis, terpaksa diredam. Para kawula muda tidak diperkenankan bergerak secara
radikal seperti unjuk rasa dan kampus yang awalnya merupakan motor penggerak
aspirasi orang muda menjadi sepi.
Akibatnya terjadi kekosongan kegiatan untuk menyalurkan
dinamika dalam kehidupan para generasi muda. Banyak yang melarikan diri pada
penyalahgunaan obat-obat terlarang. Dan tak sedikit yang menghibur diri dengan
hangar binger musik “cadas” di dischotique yang ada. Hal ini terjadi di
kota-kota besar di Indonesia
secara merata. Kesemuanya ini selalu dilandasi oleh rasa cinta terhadap ALLAH
SWT yang menciptakan alam semesta ini, serta rasa cinta antar sesama umat
manusia. Jangan heran jika kemandirian ini membuat mereka cenderung mengadakan
kegiatan demi memenuhi kepuasan diri sendiri.
Tetapi seiring dengan perkembangan jaman, pada lima
tahun terakhir ini OPA mulai membuka diri. Mereka tidak hanya mementingkan
pribadi masing-masing tetapi juga merancang berbagai kegiatan yang dapat
bermanfaat bagi diri sendri khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Entah
itu lewat Bhakti Sosial, berbagai macam lomba sosial, maupun pendidikan
informal yang mereka laksanakan untuk kalangan terbatas. Bagaimanapun juga OPA
kini telah berkembang kearah Organisasi Sosial yang mandiri.
Kepentingan-kepentingan umum telah menjadi perhatian dalam setiap pelaksanaan
kegiatannya.
HAK DAN KEWAJIBAN PECINTA ALAM
Di negeri Indonesia, hak seseorang untuk
berkumpul / berorganisasi dilindungi oleh undang-undang. Asalkan tidak
mengadakan tindakan-tindakan yang mengancam keselamatan Bangsa dan Negara.
Sebagai suatu organisasi, PA layak mendapat tempat di
negeri ini. Karena melalui wadah OPA banyak potensi para kawula muda yang dapat
dimanfaatkan dan disalurkan. Tak dapat dipungkiri lagi, bahwa akhir-akhir ini
OPA menjadi idola dikalangan para kawula muda. Mereka sudah mulai bosan dengan
aktivitas-aktivitas di perkotaan . OPA menjadi alternatif yang dirasa tanpa
beban. Karena hanya dengan berkumpul sekitar 4-5 orang mereka dapat membentuk
klub-klub PA. Walaupun aktivitasnya hanya jalan-jalan, naik turun gunung. Juga
perijinan yang tak terlalu memusingkan untuk mereka yang menamakan dirinya PA.
Karena mereka berusaha untuk tetap bertahan hidup dimana pun mereka berada.
Semakin banyak tantangan semakin menarik bagi dirinya. Entah itu tantangan dari
alam atau dari umat manusia sendiri.
Apakah PA hanya sekedar begitu
?! Tidak juga rupanya, sesuai dengan beralihnya waktu,
nilai-nilai yang dimiliki oleh generasi muda ikut berubah. Mereka mulai
memilah-milah mana yang dapat dikatakan PA dan mana yang tidak. Aturan ini
memang tidak terlalu jelas,tetapi bagi diri mereka yang mengatakan benar-benar
PA akan memiliki nilai-nilai adeal tertentu karena PA sekarang tidaklah sama
dengan pendaki gunung, penyusur sungai, penerjun, pemanjat tebing, dan
lain-lain. “Seorang PA adalah Orang yang
benar-benar memiliki rasa cinta terhadap alam”. Suatu definisi yang sangat
simple tetapi sangat susah untuk dilaksanakan. Dia tidak dapat bertindak
sembarangan di alam bebas, terikat oleh aturan-aturan moral yang membatasi
ruang geraknya yang bertujuan untuk kelestarian alam.
Konsekuensinya, seorang PA haruslah mengetahui dasar-dasar
konservasi ( pelestarian ) alam. Sehingga dalam setiap kegiatannya, minimal
tidak merusak alam sekitar secara permanen. Dan harus mampu menjaga alam
sekitar dimanapun dia berada.
Kalau disimak lebih jauh lagi, sebenarnya sangat berat
tanggung jawab seseorang PA. Tak hanya sekedar nampang dengan peralatan
pendakian di terminal-terminal bus antar kota.
Maka haruslah disadari sejak dini bahwa tidak mudah untuk menyebut diri sendiri
seorang PA. Hanya orang lain yang dapat menilai apakah diri kita benar-benar
dapat dikatakan sebagai Pecinta Alam.
Tetapi di lain pihak, ada sebagian para pemuda yang
mencoba mencari pelampiasan diri di sepinya hutan belantara yang terkadang
tidak bersahabat, di dinginnya puncak-puncak gunung yang tinggi. Petualangan
inilah salah satunya alternative kegiatan yang menjadi mode di awal tahun 80-an
hingga sekarang.
SEJARAH TERBENTUKNYA ORGANISASI PECINTA ALAM
Berawal dari sekedar kesenangan untuk menikmati alam
semesta dalam suatu rangkaian perjalanan. Sekedar melepas kejenuhan dari
kebisingan-kebisingan di kota.
Atau merupakan upaya pelarian diri dari masalah-masalah yang menghampiri.
Di hutan, di gunung, mereka bertemu, bersahabat, dan berkomunikasi.
Dari sanalah cikal bakal terbentuknya klub-klub PA. Sama-sama mempunyai
kesenangan di alam bebas, senang berpetualang, maka timbul niatan untuk
membentuk suatu perkumpulan atau kelompok. Agar tidak dicap sebagai anak-anak
liar, tetapi merupakan suatu kumpulan orang-orang yang mampu dipertanggung
jawabkan.
Mereka memang orang-orang yang mempunyai idealisme.
Mereka dating kea lam sekedar menikmati dan menyaksikan kebesaran ALLAH SWT dan
bukan untuk hura-hura yang biasanya malah merusak alam.
Kebersamaan kawula muda ini didasarkan pada asas kebebasan,
kemandirian, dan kecintaan pada alam semesta. Mereka bergaul dengan alam maupun
antar sesamanya tanpa ikatan “Birokratis” dan unsur “Politis” tanpa suatu
aturan yang formal. Ynag ada hanyalah bergaul dan aturan main secara moral.
Seperti halnya harus saling menghormati sesama, tolong menolong, dan saling
menghargai. Kemandirian juga menjadi landasan yang paling utama, sehingga
kegiatan yang mereka lakukan tidak tergantung pada siapapun. Apabila ada dana,
kemauan, dan merasa sanggup untuk melaksanakan suatu kegiatan, maka tanpa
“upacara birokratis” kegiatan tersebut dapat terlaksana. Tetapi
Jika ada seseorang yang belum mengerti apa-apa tetapi
sudah menyebut dirinya Pecinta Alam maka dapat dipastikan bahwa orang tersebut
hanyalah Pecinta Dirinya Sendiri dan
bukan Pecinta Alam.yang belum tentu
sanggup untuk berbuat sesuatu yang berarti untuk kelestarian alam.
ORGANISASI PECINTA ALAM DI INDONESIA
Untuk tingkat nasional, forum pertemuan PA se-Indonesia
disebut GLADIAN NASIONAL yang telah 9 kali diadakan. Hasil optimal yang pernah
dicapai pada Gladian Nasional adalah ditetapkannya Kode Etik Pecinta Alam pada
Gladian Nasional IV di Ujung Pandang. Kalau untuk Mahasiswa Pecinta Alam
pertemuan berskala nasional disebut Temu Wicara dan Kenal Medan ( TWKM ) PA se-Indonesia yang sudah 2
kali diadakan. Kesemuanya ini merupakan paket dari Dikti cq Dirmawa Depdikbud.
Yang membahas mengenai eksistensi mahasiswa PA di Indonesia.
BENTUK KEGIATAN PECINTA ALAM :
- Prestasi : aktivitasnya dititik beratkan pada pencapaian prestasi tertentu dengan mengikuti berbagai lomba yang diadakan atau mengadakan kegiatan yang diluar aktivitas orang awam.
- Pendakian dan Pemanjatan : mengkhususkan diri pada kegiatan pendakian dan pemanjatan tebing-tebing cadas ( rock – climbing ), atau tracking ke gunung-gunung tinggi di berbagai belahan bumi ini.
- Bhakti Sosial : diadakan di desa-desa atau tempat-tempat yang membutuhkan kehadiran PA. Mengabdikan kemampuan / pengetahuan yang dimiliki untuk kesejahteraan orang banyak.
- Penelitian : biasanya dilakukan oleh OPA yang berada dilingkungan lembaga pendidikan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
- Susur Pantai / Susur Sungai / Lintas Rimba : lebih condong untuk kegiatan berpetualang tetapi bias dimanfaatkan untuk penelitian.
- Penelusuran Gua ( Caving ) : Ada kehidupan lain dibawah tanah yang sangat berbeda dengan kondisi diluar dan mengundang hasrat untuk melihatnya serta menelusuri lebih dalam lagi.
Kesemuanya ini selalu dilandasi oleh rasa cinta terhadap ALLAH
SWT yang menciptakan alam semesta ini, serta rasa cinta antar sesama
umat manusia. Jangan heran jika kemandirian ini membuat mereka cenderung
mengadakan kegiatan demi memenuhi kepuasan diri sendiri.
Tetapi seiring dengan
perkembangan jaman, pada lima tahun terakhir ini OPA mulai membuka diri. Mereka
tidak hanya mementingkan pribadi masing-masing tetapi juga merancang berbagai
kegiatan yang dapat bermanfaat bagi diri sendri khususnya dan masyarakat luas
pada umumnya. Entah itu lewat Bhakti Sosial, berbagai macam lomba sosial,
maupun pendidikan informal yang mereka laksanakan untuk kalangan terbatas.
Bagaimanapun juga OPA kini telah berkembang kearah Organisasi Sosial yang
mandiri. Kepentingan-kepentingan umum telah menjadi perhatian dalam setiap
pelaksanaan kegiatannya.
0 komentar:
Posting Komentar