MOUNTAINERING
BAB 2 NAVIGASI DARAT
1.
PETA
Adalah suatu lukisan
dengan garis dari suatu permukaan bumi yang dibuat atas skala (dengan ukuran
diperkecil).
2.
SKALA
Adalah suatu
perbandingan ukuran (yaitu keadaan di peta dengan keadaan yang sebenarnya di
medan).
JENIS
PETA
1.
MENURUT MAKSUD DAN
GUNANYA
a)
Peta Planimetri
Peta biasa, yang di dalamnya dibedakan tentang keadaan perbedaan
tinggi dan rendah permukaan bumi.
b)
Peta Topografi
Peta yang dibuat selengkapnya, yaitu dengan menggambarkan keadaan
serta benda-benda yang ada di medan dengan tanda-tanda topografi dan menyatakan
juga perbedaan-perbedaan tinggi, dengan mempergunakan :
·
Garis tinggi
·
Garis Hechures (pembantu garis
tinggi)
·
Warna
c)
Peta Photo
Peta yang dibuat dengan jalan memotret suatu bagian permukaan bumi
dari udara. Peta ini dapat menggambarkan keadaan medan yang sebenarnya. Dan
sebaiknya dipergunakan bersama-sama dengan peta topografi.
d)
Peta Auronautiek
Peta yang dipergunakan dalam kalangan
penerbangan.
e)
Peta Hydrographie
Peta yang dipergunakan dalam kalangan
pelayaran.
f)
Peta Sket/Bagan
Peta yang dibuat dengan menggambarkan secara kasar suatu daerah
kecil. Peta ini kurang teliti, terutama mengenai jarak dan ukuran horizontal
dan vertical.
g)
Sket Panorama
Peta yang dibuat secara kasar dari suatu daerah kecil. Peta ini
menggambarkan suatu tempat dan merupakan suatu lukisan dari suatu daerah dan
kurang teliti.
h)
Overlays/Oleat
Peta yang menggambarkan mengenai tempat dan keadaan penting, yang
dibuat di atas kertas minyak, yang diletakkan di atas peta topografi, untuk
menjiplak tempat dan keadaan penting tersebut.
2.
MENURUT SKALANYA
a)
Peta Umum
Peta yang dibuat dengan skala kecil. Yaitu
lebih kecil dari skala 1:1.000.000. Sebagai skala pokok
lazim dipakai skala 1 : 5.000.000.
b)
Peta Strategi
Peta yang dibuat dengan skala sedang.
Yaitu skala 1 : 1.000.000 sampai dengan 1 : 125.000. Sebagai skala pokok lazim
dipakai 1 : 125.000, 1 : 500.000, dan 1 : 1.000.000.
c)
Peta Taktik/Pertempuran
Peta yang dibuat dengan skala besar. Yaitu
skala 1 : 125.000 atau lebih besar. Sebagai skala pokok lazim dipakai 1 :
125.000, 1 : 50.000, dan 1 : 100.000. Peta ini dibuat dengan teliti dan
lengkap, karena dipakai didalam melakukan pertempuran.
MENGUKUR JARAK MEDAN/PETA
Segala sesuatu yang ada di
peta adalah hal-hal yang juga ada di medan. Tetapi dengan ukuran yang
diperkecil menurut perbandingan tertentu (skala).
Contoh :
-
Jarak
peta A dan B = 2 cm, jarak medan A dan B = 1 km.
-
Perbandingan
kedua jarak = 2 cm : 1 km atau 2 cm : 100.000 cm atau 1 : 50.000.
-
Jadi skala peta = 1 : 50.000.
1.
MACAM SKALA
a)
Skala Perbandingan
Contoh : 1 : 50.000.
b)
Skala Grafik
Contoh :
0 1 2 3 4
Miles
0 1 2 3 4 5 6 Km
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 Yards
c)
Skala Angka dan Huruf
Contoh : 2 cm = 1 km
2.
CARA MENGUKUR JARAK
a) Mengukur jarak peta dengan penggaris. Dan hasil pengukuran dikalikan dengan skala perbandingan
dari peta.
b) Mengukur jarak pada peta dengan memakai
secarik kertas, kemudian mencocokkan hasil pengukuran tersebut dengan skala
grafik peta tersebut.
c) Mengukur jarak peta dengan penggaris dan
menyamakan hasil pengukuran tersebut dengan Skala Angka dan Huruf.
KEADAAN
PETA
1.
TANDA-TANDA PETA
Tanda peta ialah gambaran sederhana yang dibuat pada peta untuk
menyatakan obyek dan keadaan di peta. Agar sesuatu yang ada di permukaan bumi dapat digambarkan dalam peta, maka
hal tersebut digambar dengan tanda-tanda peta.
Tanda-tanda ini diberi warna umpama :
·
Biru untuk air
·
Hijau untuk desa
·
Merah untuk jalan, dan
sebagainya
Tanda peta biasanya digambarkan dan diberi
keterangan dalam “MARGINE” peta topografi (legenda). Sedangkan
untuk menggambarkan perbedaan tinggi rendah suatu daerah menggunakan :
·
Garis tinggi
·
Hechures (pembantu garis
tinggi)
·
Warna
2.
GARIS TINGGI
a)
Pengertian
Garis tinggi adalah suatu garis khayal yang menghubungkan
titik-titik dalam medan yang sama tingginya diukur dari permukaan air laut.
Garis-garis itu di dalam peta biasanya digambarkan dengan warna oranye atau
coklat dan diberi angka-angka ketinggian warna hitam.
b)
Proyeksi perbedaan tinggi dalam
medan
c)
Rumus garis tinggi
Jarak ketinggian antara garis tinggi yang satu
dengan yang lain adalah tertentu. Yang dapat dhitung dengan rumus sebagai
berikut :
GARIS TINGGI =
Contoh : Untuk peta berskala 1 : 50.000
Jadi satu garis tinggi =
= 25 m
d)
Sifat-sifat garis tinggi
Pada umumnya garis tinggi pada peta mempunyai
sifat :
i.
Busur
yang lunak, jadi tidak tajam
ii.
Berbentuk huruf “V”
Untuk
menyatakan lembah-lembah yang sempit dengan bagian tajam dari “V” menuju ke
arah tempat yang lebih tinggi atau kea rah datangnya aliran sungai.
iii.
Berbentuk huruf “U” dengan
ujungnya yang bulat menunjukkan tempat yang lebih rendah.
iv.
Jalannya
hampir sejajar yang satu dengan yang lain.
v.
Tidak
pernah menyilang yang satu dengan yang lain atau menyinggung, kecuali pada
tebing-tebing yang vertical atau yang terjal dan pada air terjun.
vi.
Tidak pernah membuka, selalu
tertutup baik di dalam/di luar peta.
vii.
Tidak pernah bercabang.
viii.
Menggambarkan bermacam-macam
lereng.
3.
LERENG
a)
Pengertian
Lereng adalah tanah dari muka bumi yang condong, sehingga merupakan
suatu sudut dengan dataran horizontal (sudut lereng).
b)
Macam Lereng
i.
Lereng rata
Garis tinggi jalannya dengan antara yang sama
lebarnya.
ii.
Lereng curam
Garis tinggi jalannya dengan antara yang lebih
kecil.
iii.
Lereng bulat
Garis tinggi semakin tinggi semakin besar
antaranya.
iv.
Lereng cekung
Garis tinggi semakin tinggi semakin kecil diantaranya.
c)
Menentukan curam lereng/jalan
i.
Mengetahui curam tidaknya suatu
lereng dan besarnya sudut lereng itu adalah suatu hal yang penting. Karena
dapat mempengaruhi pemilihan jalan/jalur.
ii.
Menghitung sudut lereng
-
Sudut lereng adalah
perbandingan antara jarak vertical (JV) dan jarak prosentase (%), yaitu dengan
jalan mengalihkan rumus sudut lereng dengan 100%.
-
Dalam menghitung sudut lereng,
besarnya sudut tersebut dinyatakan dengan prosentase (%), yaitu dengan jalan
mengalihkan rumus sudut lereng dengan 100%.
-
RUMUS : Ð =
Keterangan :
·
Jarak Vertical adalah perbedaan
tinggi dari suatu titik dengan titik lain.
·
Jarak Horisontal adalah jarak
lurus, dengan tidak melihat adanya perbedaan tinggi dari suatu titik dengan
titik yang lain.
iii.
Dua
hal yang harus diperhatikan dalam menghitung sudut lereng yakni :
- Kita hanya dapat menghitung sudut lereng
dari lereng yang berada di antara dua titik pada benda yang baik atau bangunnya
rata.
- Kesatuan ukuran untuk jarak vertical harus
sama dengan kesatuan ukuran jarak horizontal.
iv.
Cara menghitung prosentase
sudut lereng :
- Jika dari titik yang rendah ke titik yang
tinggi (lereng naik), maka di muka prosentase tersebut diberi tanda “plus” (+).
- Jika dari titik yang tinggi ke titik yang
rendah (lereng turun), maka di muka prosentase tersebut diberi tanda “minus”
(-).
-
Jarak vertical (B-C) = 25 m
-
Jarak horizontal (A-C) = 50 m
-
Rumus sudut lereng =
=
=
50 %
-
Sudut lereng dari A ke B adalah
+50 % (lereng naik).
-
Sudut lereng dari B ke A adalah
-50% (lereng turun).
-
MENENTUKAN TEMPAT PADA PETA
DENGAN SISTEM KOORDINAT
1.
KOORDINAT PETA
a) Menurut sistem koordinat, bumi dibagi
dalam vak-vak persegi dengan ukuran 1 km. Garis lurus horizontal dan vertical
yang menjadi tepi vak-vak tersebut dinamakan Koordinat Peta. Tiap-tiap garis
koordinat diberi nomor 00 – 99, baik dari kiri ke kanan maupun dari bawah ke
atas.
b) Maksud dan sistem ini adalah memudahkan
menentukan letak suatu tempat di peta dan mencegah kekeliruan/kesalahan
menyebutkan tempat tersebut di peta.
2.
CARA MENENTUKAN/MENCARI
KOORDINAT
Untuk dapat menentukan koordinat suatu titik/tempat di peta, ada 2
(dua) cara :
a)
Sistem 4 angka
Sebutkan angka/nomor koordinat vertikal dan
horizontal secara berurutan sebagai berikut :
- Sebutkan
angka/nomor koordinat horizontal yang berada di bawah titik tersebut (KOBA –
koordinat bawah).
b)
Sistem 6 angka
Vak yang berukuran 1 km, dimana titik berada, dibagi menjadi 100 vak
kecil, dengan memakai 9 garis vertical dan 9 garis horizontal, yang diberi
nomor 1 sampai dengan 9. Baik dari kiri ke kanan maupun dari bawah ke atas,
kemudian sebutkan angka/nomor koordinat secara berurutan sebagai berikut :
-
Sebutkan
angka/nomor koordinat vertikal yang berada di kiri titik tersebut (vak besar).
-
Sebutkan
angka /nomor koordinat vertikal vak kecil yang berada di kiri titik tersebut.
-
Sebutkan
angka/nomor koordinat horizontal vak kecil yang berada di bawah titik tersebut.
ARAH POKOK
Dalam membaca peta arah
pokok yang dipergunakan adalah utara, dan ada 3 macam utara :
1.
UTARA SEBENARNYA (US)
Adalah arah dari kedudukan kita ke kutub utara, arah ini adalah
sesuai dengan arah garis meridian utara selatan pada peta. Utara ini adalah
utara yang tetap.
2.
UTARA PETA (UP)
Adalah arah yang sesuai dengan arah
koordinat vertikal peta. Pada peta arah ini ialah
bagian atas peta.
3.
UTARA MAGNET (UM)
Adalah arah yang sesuai dengan arah jarum magnet kompas yang menuju
ke kutub magnet dan yang berada di Bothia Felix di sebelah utara Kanada.
Ketiga arah utara ini pada peta topografi dinyatakan dengan suatu
tanda yang disebut “DECLINATION DIAGRAM”.
DEKLINASI
Arah US, UP, dan UM biasanya tidak sama bila garis tersebut dilihat
dari suatu titik, sehingga menimbulkan sudut-sudut perbedaan yang dinamakan
DEKLANASI. Dan selalu diukur dari US, karena US adalah utara yang tetap dan
pasti.
1.
DEKLINASI PETA (DP)
Adalah sudut perbedaan antara US dan UP. Diukur dari US dengan
dinyatakan di sebelah barat/kiri atau timur/kanan dari US.
2.
DEKLINASI MAGNET (DM)
Adalah sudut perbedaan antara US dan UM. Diukur dari US dengan dinyatakan di sebelah
barat/kiri atau timur/kanan dari US.
Keterangan :
Deklinasi magnet ini tidak tetap, akan tetapi
berubah tiap tahun karena kedudukan kutub magnet berpindah-pindah sedikit demi
sedikit pada tiap-tiap tahun. Perubahan bertambah/berkurang tiap-tiap tahun
dari deklinasi magnet ini disebut VARIASI MAGNET.
a. INCREASE
Dinyatakan increase bila perubahan magnet
tiap-tiap tahun bertambah.
b. DECREASE
Dinyatakan decrease bila perubahan magnet
tiap-tiap tahun berkurang.
Variasi magnet biasanya di dalam peta dinyatakan
dengan keterangan di bawah Declination Diagram, bersama-sama dengan tahun dari
deklinasi yang dinyatakan oleh Declination Diagram tersebut.
Artinya :
Deklinasi pokok kira-kira untuk tahun 1943 diukur
dari tengah-tengah sheet. Perubahan magnet tiap-tiap tahun adalah bertambah
karena increase, (bila berkurang adalah decrease).
AZIMUTH
Arah dari kedudukan kita ke suatu titik di peta
maupun di medan dapat dihitung dengan ukuran derajat, yang diukur dari garis
US, UP, dan UM. Karena arah tersebut dan garis US, UP, dan UM adalah merupakan
suatu sudut. Dan sudut ini dinamakan AZIMUTH. Atau dengan kata lain
bahwa Azimuth ialah suatu sudut yang diukur secara arah jarum jam dari US, UP,
dan UM, ke suatu titik di dalam peta atau di dalam medan, dengan memakai busur
derajat untuk pengukuran dari US, UP dan UM pada peta atau dengan memakai
kompas untuk pengukuran dari UM di dalam medan.
1. MACAM AZIMUTH
a) Ditinjau dari pengukuran
-
Azimuth
sebenarnya (AZS)
Suatu azimuth yang pengukurannya dari US.
-
Azimuth
peta (AZP)
Suatu azimuth yang pengukurannya dari UP.
-
Azimuth
magnet (AZM)
Suatu asimuth yang pengukurannya dari UM.
b) Ditinjau dari arah
i.
Azimuth
Muka
Suatu azimuth dari kedudukan kita (A) ke
titik tujuan (B).
·
Pengukuran
azimuth pada peta.
·
Pengukuran
azimuth (AZM) di dalam medan, dengan kompas.
ii. Azimuth Belakang
Telah diketahui bahwa azimuth muka adalah
dari kedudukan kita (A) ke titik tujuan (B), akan tetapi azimuth itu dapat
diukur sebaliknya yaitu dari titik tujuan (B) ke kedudukan kita (A), azimuth
yang demikian dinamakan azimuth belakang.
·
Pengukuran
azimuth belakang pada peta.
·
Pengukuran
azimuth belakang di dalam medan dengan kompas.
RUMUS UNTUK MENCARI AZIMUTH BELAKANG
a. Bila Azimuth Muka lebih kecil dari 1800,
maka AZB = Azimuth muka + 1800.
b. Bila Azimuth muka lebih besar dari 1800,
maka AZB = Azimuth muka - 1800.
2. CARA MENGHITUNG AZIMUTH PETA DAN AZIMUTH
MAGNET
a) Sudut Peta Magnet
i.
Adalah
sudut perbedaan antara UP dan UM dengan dinyatakan di sebelah barat/kiri atau
timur/kanan dari UP.
ii. Sudut Peta Magnet sebagaimana halnya
Deklinasi Magnet juga tidak tetap, akan tetapi berubah tiap tahun. Karena
kedudukan kutub magnet berpindah-pindah sedikit demi sedikit pada tiap tahun.
Perubahan ini disebut ”Variasi Magnet”.
·
Increase
Dinyatakan increase bila perubahan magnet
pada tiap tahun adalah bertambah.
·
Decrease
Dinyatakan decrease bila perubahan magnet
pada tiap tahun adalah berkurang.
iii. Sudut Peta Magnet ini perlu diketahui
untuk dapat menghitung dan merubah AZP menjadi AZM. Oleh karena UP berlawanan
dengan UM maka AZP pun berlawanan dengan AZM, sehingga dengan demikian SPM adalah sudut perbedaan
antara AZP dan AZM.
b) Rumus perhitungan AZP dan AZM
Bila UM di sebelah timur/kanan dari UP,
maka rumusnya :
AZP = AZM + SPM
AZM = AZP – SPM
Bila UM di sebelah barat/kiri dari UP,
maka rumusnya :
AZP = AZM – SPM
AZM = AZP + SPM
c) Contoh Soal
i.
DIKETAHUI :
a.
GN
- SPM Th. 1963 = 4o
-
Variasi magnet 3’ Increase Timur
b.
AZP = 40o
DITANYAKAN : a. SPM
Th. Sekarang (2003)
b.
AZM
PERHITUNGAN :
a. - VM 1963 s/d 2003 = 40 x 3’
= 120’
= 2o
-
SPM 2003 = 4o + 2o
= 6o
b.
AZM = 40o – 6o
= 34o
ii. DIKETAHUI : a.
GN
- SPM Th. 1983 = 6o
-
Variasi magnet 3’ Decrease Timur
b.
AZP = 60o
DITANYAKAN : a. SPM
Th. Sekarang (2003)
b. AZM
PERHITUNGAN :
a. - VM 1983
s/d 2003 = 20 x 3’
= 60’
= 1o
-
SPM 2003 = 6o - 1o
= 5o
b.
AZM = 60o – 5o
=
55o
KOMPAS
1.
Deklinasi
1.
Deklinasi Peta : adalah beda
sudut antara sebenarnya dengan utara peta. Ini terjadi karena jarak paralel
garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal yang digambarkan pada
peta.
2.
Deklinasi Magnetis: selisih
beda sudut utara sebenarnya dengan utara magnetis
3.
Deklinasi Peta magnetis:
Selisih sebenarnya sudut utara peta dengan utara magnetis bumi.
4.
variasi Magnetis:
perubahan/pergeseran letak kutub magnetis bumi pertahun.
Cara cerdik mengetahui arah :
- kuburan Islam menghadap utara
- masjid menghadap kiblat
- bagian pohon yang berlumut tebal menunjukkan arah timur karena sinar matahari yang belum terik pada pagi hari
- perhatikan arah bulan, bintang, dan matahari yang terbit di timur dan terbenam di barat.
- perhatikan rasi bintang Crux (bintang salib atau gubuk penceng). Perpanjangan garis diagonal yang memotong horizontal dari tempat kita adalah selatan.
- malam hari pun kita dapat memastikan arah ke puncak sebab gunung bintang, sehingga cakrawala telihat samar bayangan gunung.
Kompas :
Tipe-tipe kompas. Kompas
yang baik mempunyai cairan yang terdapat di dalamnya, cairan tersebut mengatur
gerakan dari jarum, sehingga anda dapat menggunakan kompas dengan baik walaupun
memegangnya kurang dengan sempurna. Jangan membeli kompas yang murah tetapi
tanpa cairan yang terdapat di dalamnya. Jarum kompas diwarnai dalam dua warna.
Jika kompas digenggam secara benar (mendatar), ujung warna merah mengarah ke
utara, dan putih mengarah ke selatan. Ketika anda menggunakan kompas utara
himispher di, katakanlah, austeralia, arah selatan dari magnet mengarah ke
bawah oleh medan magnet, dan juga lebih berat di banding arah utara – hasil di
jarum yang dapat ditangkap dan ditarik pada dasar kompas.
Ada tiga Tipe Kompas Orienteering:
1.
Baseplate atau kompas
protractor / kompas silva
Kompas tipe ini ditemukan oleh Kjellstrom bersaudara
semasa perang dunia II dan terdiri atas
sebuah rectangular baseplate, yang ditandai dengan panah warna merah sepanjang
derajat (hampir di seluruh dunia untuk lingkaran penuh adalah 360 derajat,
tetapi sebagian belahan eropa menggunakan 400 derajat). Tanda di bagian dasar
rumah kompas adalah sebuah panah dan sebuah garis paralel di dalam panah
tersebut. Tampilan tambahan mungkin termasuk lanyard untuk memasang kompas di
pinggang, garis skala untuk ukuran jarak peta sepanjang satu arah atau lebih
ujung dari baseplate, sebuah cermin untuk membaca peta secara detail, dan
lubang berbentuk lingkaran dan segitiga untuk menandai jalur orienteering di
atas peta.
2.
Kompas Jempol / Ibu jari di pertengahan tahun 1980 an, sebuah organisasi orienteering top
dari Swedia membuat terobosan untuk mengganti kompas baseplate dengan
mempertajam baseplate dan membaut lubang untuk memasang kompas tersebut di
jempol. Kompas ini lalu dipasang di jempol tangan kiri, diletakkan di atas
kompas yang juga dipegang dengan tangan kiri pula. Keuntungan dari sistem ini
adalah peta dan kompas selalu dibaca dalam satu unit, peta menjadi lebih mudah
di baca dan cepat, ditambah satu tangan bebas bergerak kekurangan adalah sudut
yang sangat akurat sesuai dengan sudut kompas sangat sulit diambil. Kesukaan
seseorang biasanya menentukan pemakaian tipe kompas sangat sulit diambil.
Kesukaan seseorang biasanya menentukan pemakaian tipe kompas yang akan dipakai;
kejuaraan dunia memperbolehkan penggunaan kedua tipe kompas tersebut.
Menggunakan tipe kompas yang lain, ada dua skill dasar yang
dibutuhkan seorang orienteer:
3.
Kompas prisma (kompas
jenis didik) sebenarnya sama dengan kompas ibu jari
Dengan kompas prisma, apabila kita ingin mengetahui
beberapa besar sudut kompas dari posisi kita berdiri ke sasaran bidik. Besarnya
sudut bidikan akan langsung dapat diketahui. Sedangkan dengan kompas silva terdapat sedikit perbedaan dengan kompas
prisma, yaitu pada kompas ini apabila kita membidik sasaran, besarnya sudut
kompas tidak dapat langsung kita baca. Melainkan harus dengan penyesuaian
terlebih dahulu yaitu dengan memutar piringan pembagian derajat sehingga tanda panah penyesuai aau
tanda “N” (North) dapat segaris dengan jarum utara kompas. Maka besarnya sudut
sudah dapat diketahui.
Nama-nama
bagian kompas prisma:
1.
kotak kompas dengan pembagian
arah anging dan cincin karet
2.
kaca kompas yang dapat diputar
dengan pembagian derajat
3.
pelat yang bercahaya dengan
garis tanda dan garis rambut
4.
garis pentunjuk yang bercahaya
5.
lingkaran kompas dengan
pembagian derajat dan jarum kompas yang bercahaya
6.
gelang kaca dari tembaga
7.
tutup kompas dengan kaca, garis
rambut, garis tanda yang bercahaya di bibir pelindung
8.
pelindung kaca
9.
sekrup pengapit
10.
prisma yang dapat disetel,
dengan lubang tempat melihat dan cincin jempol dengan taktik
A.
Membaca Kompas Untuk
Membaca Peta
Ini adalah teknik yang sederhana, dan ini mungkin
kegunaan kompas yang paling penting:
-
Pegang kompas secara horizontal
-
Letakkan kompas mendatar di
atas peta
-
Putar peta sampai “garis utama”
dari peta sejajar/satu garis lurus dengan jarum kompas.
-
Arah peta sekarang sudah sama
dengan medan yang sebenarnya. Ini membuat lebih mudah dibaca, seperti membaca
tulisan akan lebih mudah dari atas ke bawah.
MENENTUKAN TEMPAT PADA PETA DENGAN KOMPAS
Untuk menentukan suatu tempat di dalam peta selain dengan memakai kompas
dan busur derajat, dapat memakai cara sebagai berikut :
1. INTERSECTION
Adalah suatu cara utuk menentukan dalam peta,
suatu tempat dari jauh dengan menggunakan 2 (dua) atau lebih titik/tempat
kedudukan kita di medan yang tergambar di peta (DIMANA DIA).
a) Pandulah/bidiklah dengan kompas untuk
memperoleh AZM dari tempat kedudukan kita pertama, yang terdapat di peta, ke
arah suatu tempat di medan yang akan kita tentukan kedudukannya di dalam peta.
b) Ubah AZM tersebut menjadi AZP dan lukislah
AZP tersebut dengan garis lurus dari tempat kedudukan kita pertama tersebut, di
dalam peta.
c) Pandulah/bidiklah dengan kompas untuk
memperoleh AZM dari tempat kedudukan kita kedua, yang terdapat juga dalam peta,
ke arah suatu tempat di medan yang akan kita tentukan kedudukannya di dalam
peta.
d) Ubah AZM tersebut menjadi AZP dan lukislah
AZP tersebut dengan garis lurus dari tempat kedudukan kita kedua tersebut, di
dalam peta.
e) Tempat kedudukan garis AZP tersebut
bersilang, disitulah letak tempat kita maksudkan.
2. RESECTION
Adalah suatu cara untuk menentukan kedudukan kita
dengan menggunakan 2 (dua) atau lebih titik di medan yang berada di dekat atau
di sekeliling kita dan tergambar di peta (DIMANA SAYA).
a) Pandulah/bidiklah dengan kompas untuk
memperoleh AZM dari kedudukan kita ke arah titik/benda di medan di sekeliling
kita yang pertama yang terdapat juga di dalam peta.
b) Ubahlah AZM menjadi AZP dan carilah
AZBnya, lalu lukislah AZB tersebut dengan garis lurus dari titik/benda yang
pertama dalam peta.
c) Pandulah/bidiklah dengan kompas untuk
memperoleh AZM dari kedudukan kita ke arah titik/benda di medan di sekeliling
kita yang kedua yang terdapat juga di dalam peta.
d) Ubahlah AZM menjadi AZP dan carilah
AZBnya, lalu lukislah AZB tersebut dengan garis lurus dari titik/benda yang
kedua dalam peta.
e) Tempat kedua garis AZB tersebut bersilang,
disitulah letak/tempat kedudukan kita.
3. MODIFIED RESECTION
Adalah suatu resection dengan menggunakan satu
titik saja, yaitu bila kita berada di suatu benda medan yang berbentuk linear
(umpamanya : jalan, rel KA, sungai).
a) Pandulah/bidiklah dengan kompas untuk
memperoleh AZM dari kedudukan kita yang terdapat juga di peta (umpamanya :
jalan, rel KA) ke arah suatu titik/benda di dalam medan sekeliling kita dan
terdapat juga di peta.
b) Ubahlah AZM menjadi AZP dan carilah
AZBnya, lalu lukislah AZB tersebut dengan garis lurus dari titik/benda tersebut
di dalam peta.
c) Tempat garis AZB bersilang dengan benda
medan yang berbentuk linear, di situlah letak/tempat kedudukan kita.
MENGORIENTER PETA
Mengorienter peta ialah menyesuaikan/menempatkan peta sedemikian rupa
sehingga arah dan kedudukannya sesuai dengan keadaan sebenarnya di medan.
Untuk mengorienter ada 2 cara :
1. DENGAN MENGGUNAKAN KOMPAS
a) Letakkan kompas di atas peta, sehingga
garis utara selatan/garis rambut kompas terletak di atas/sejajar dengan garis
UM.
b) Putar-putarlah peta dengna kompas yang
terletak di atasnya itu, sehingga jarum magnet kompas, berimpit dengan garis
utara selatan/garis rambut.
2. DENGAN MENGGUNAKAN BENDA DI DALAM MEDAN
a) Pilihlah suatu benda di dalam medan
(misalnya bukit) yang dapat dilihat dari kedudukan kita dan terdapat di peta.
b) Buatlah pada peta itu sesuatu garis lurus
dari kedudukan kita ke benda tersebut.
c) Putar-putarlah peta tersebut, sehingga
garis lurus pada peta itu menuju arah benda di dalam medan tersebut.
CARA MENGGUNAKAN KOMPAS DAN PETA DI MEDAN
1. BERJALAN DENGAN MENGGUNAKAN KOMPAS
Kita dapat berjalan dari kedudukan kita ke
tempat lain dengan berpandu atau berpedoman kepada arah kompas yang dilengkapi
dengan peta. Untuk dapat
melaksanakan itu, harus kita kerjakan hal-hal sebagai berikut :
a) Buat garis antara titik pangkal dan titik
tujuan.
b) Hitung AZP dengan menggunakan busur
derajat.
c) Merubah AZP menjadi AZM.
d) Berjalan dengan AZM yang dihadapi :
·
Carilah
suatu benda yang tetap dan tidak bergerak sebagai titik bidik sesuai arah
kompas/AZM.
·
Berjalanlah
ke benda tersebut.
·
Selanjutnya
dari benda tersebut, ke benda yang lain searah dengan AZM.
·
Demikian
cara ini kita ulangi dari suatu benda yang satu ke benda yang lain sehingga ke
titik yang dikehendaki.
2. CARA MEMANDU DENGAN KOMPAS
a) Siang hari
·
Luruskan
derajat dari AZM yang ditentukan dengan garis rambut.
·
Selanjutnya
berjalan menurut arah yang lurus dengan garis rambut.
b) Malam hari
·
Luruskan
derajat dari AZM yang ditentukan dengan garis rambut.
·
Kemudian
buat garis radium berimpit dengan jarum x magent kompas.
·
Selanjutnya
berjalan menurut arah garis rambut dengan selalu memperhatikan bahwa garis
radium itu harus selalu berimpit dengan jarum magnet kompas.
·
Sebagai
titik tanda/titik bidik dapat menggunakan/menempatkan seseorang di depan.
3. YANG MEMPENGARUHI KOMPAS
a) Kawat listrik tekanan tinggi
b) Kawat telegrap
c) Pagar kawat berduri
d) Topi baja
PENJELAJAHAN DENGAN KOMPAS
Bila akan menjelajah dengan kompas, maka harus
mempersiapkan atau memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. PERSIAPAN SEBELUM BERANGKAT
Yaitu menyelesaikan atau mengerjakan
persoalan di atas peta, dengan urut-urutan sebagai berikut :
a) Mengorienter peta
b) Pasang peta Oleat
c) Tentukan koordinat titik pangkal
d) Tentukan koordinat titik tujuan
e) Hubungkan dengan garis koordinat-koordinat
tersebut.
f) Tentukan azimuth peta (AZP)
g) Carilah sudut peta magnet tahun sekarang
(lihat declination diagram).
h) Tentukan azimuth magnet (AZM)
i)
Hitung
jarak
j)
Buat
sket perjalanan
k) Berjalan dengan AZM yang didapat.
2. PEMERIKSAAN ARAH PERJALANAN
a) Dengan Back Check
Bila ragu-ragu dengan arah yang akan kita
lalui, maka kita dapat mengadakan pemeriksaan kembali, yaitu dengan melihat
azimuth belakang dari AZM, dengan kompas; ke arah letak yang baru kita
tinggalkan.
b) Dengan melihat keadaan medan
Untuk menjaga arah perjalanan, maka
sebelum memulai perjalanan, terlebih dahulu mempelajari/mencatat keadaan medan
dalam peta di antara tiitk pangkal dan titik tujuan yang dilintasi oleh Garis
Azimuth Peta. Misalnya di dalam peta kita lihat 100 m di depan titik pangkal
ada kuburan, kemudian 200 m lagi ada sumber air dan 250 m lagi ada bukit kecil
yang dilintasi oleh garis AZP tersebut.
Maka hal itu harus dijumpai di dalam medan
dengan jarak dan urut-urutanyang sama dengan di dalam peta.
3. APABILA SESAT
Apabila sesat, kita dapat menentukan
tempat kita kembali di dalam peta dengan :
a) Resection
b) Modified Resection
4. PEMERIKSAAN DI TEMPAT TUJUAN
Setelah sampai di titik tujuan, kita harus
memeriksa, apakah kita betul sampai di tempat yang kita maksudkan. Untuk itu
dapat menggunakan cara sebagai berikut :
a) Membandingkan/mencocokkan keadaan medan di
sekeliling titik tujuan, dengan keadaan di peta.
b) Resection.
c) Modified resection
5. CARA MENGHINDARI RINTANGAN
Bila pada waktu berjalan menjumpai
rintangan, misalnya : danau, jurang yang terjal dan sulit untuk dilewati, maka
harus digunakan cara menghindari sebagai berikut :
a) Menggunakan titik tanda di seberang
·
Kita
mencari suatu benda yang ada di seberang dengan azimuth magnet (AZM) yang
digunakan sebagai titik tanda.
·
Kemudian
berjalan ke benda tersebut dengan menghindari rintangan itu.
·
Apabila
tidak ada benda di seberang rintangan, kita dapat menempatkan orang di seberang
dengan azimuth magnet yang telah ditentukan.
b) Menggunakan azimuth belakang
Setelah dapat menghindari rintangan dan
berada di seberang, maka kita melihat kembali dengan azimuth belakang ke arah
titik/benda yang baru kita tinggalkan, misal :
·
Berjalan
dengan Azimuth Magnet 60o.
·
Maka
setelah sampai di seberang membidik ke arah tempat yang ditinggalkan dengan AZB.
·
Yaitu
= 60o + 180o = 240o
c) Dengan menggunakan sistem sudut 90o
Keterangan :
A – E : AZM
= 60o
A – B : AZM
= 60o + 90o
= 150o
Jarak
= 90 m
B – C : AZM
= 60o
Jarak
= 120 m
C – D : AZM
= 330o
Jarak = 90 m
D – E : AZM
= 60o (arah semula)
Pedoman merubah arah :
-
ke
kanan tambah 90o
-
ke
kiri kurangi 90o
B.
Mengambil sudut
Setiap arah dapat dinyatakan sebagai sebuah sudut
dengan acuan arah utara di dalam kemiliteran atau kepramukaan, ini dinamakan
sebuah ”azimuth”, dan sudut-sudutnya dinyatakan oleh angka dengan satuan
derajat. Orienteer mempunyai cara yang mudah, hanya mengatur sudut pada kompas
mereka dan menjaga jarum tetap dan tidak berubah, yang mana akan membawa mereka
ke arah yang dituju. Cara mudah mengatur arah pada kompas orienteering adalah:
Letakkan kompas di atas peta sehingga jarum kompas mengarah ke atas
sesuai dengan jalan yang ingin anda tuju putar rumah kompas sehingga jarum
kompas paralel dengan arah utara yang terda pat di peta (pastikan titik panah
utara dan bukan selatan).
Take the compass off the map and hold it in front of you so that the
direction of fravel arrow points directly ahead of you rotate your body until
the compass needle is aligned with the arrow on the base of the compass
housing.
Mencocokkan dengan gambar kontur yang ada di peta,
untuk keperluan praktis, utara magnetis dianggap sejajar dengan utara
sebenarnya, tanpa memperhitungkan adanya deklinasi.
Langkah-langkah orientasi peta:
1.
Letakkan peta pada bidang datar
cari tempat terbuka dapat melihat tandat-tanda medan yag menyolok
2.
letakkan kompas di atas peta
dan sejajarkan antara arah utara peta dengan utara magnetis/utara kompas,
dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.
(setel piringan kompas dengan pembagian derajat
pada posisi 00, kemudian letakkan di atas peta).
3.
Himpitkan garis rambut pada
kompas dan takik pada cincin jempol dengan sumbu Y peta.
4.
Geser/ putar-putarkan peta
tanpa posisi kompas, sampai jarum kompas dengan garis rambut sejajar dengan
sumbu Y Peta.
5.
cari tanda-tanda medan yang paling menonjol di
sekeliling dan temukan tanda medan
tersebut di peta, lakukan untuk beberapa tanda medan.
6.
Ingat tanda medant itu,
bentuknya dan tempatnya di m edan sebenarnya maupun di peta, ingat-ingat tanda medan yang khas
dari setiap tanda medan.
Bila semua tahapan tersebut telah dilakukan dengan
benar, berarti peta telah terorientasi.
- Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang kita tuju, azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam. Ada tiga macam azimuth yaitu: a) Azimuth sebenarnnya, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik sasaran; b) Azimuth magnetis, yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran; c) azimuth peta, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.
back Azimuth
adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth dari Azimuth dikurangi 180
derajat, bila sudut azimuth kurang dari 189 derajat maka sudut
3. Resection
Resection adalah
menentukan kedudukan/posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih
tanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan bentang alam yang
terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu tanda medan harus selalu
tanda medan haus selalu dibidik, jika
kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan,
maka langkah-langkah resection:
1.
Lakukan orientasi peta
2.
Cari tanda medan yang dikenali
di lapangan dan di peta, minimal dua buah;
3.
Dengan penggaris buat salib
sumbu pada pusat tanda-tanda medan itu;
4.
Bidik dengan kompas tanda-tanda medan itu dari
posisi kita, sudut bidikan dari kompas itu disebut azimuth;
5.
Pindahkan sudut bidikan yang di
dapat di peta, dan hitung sudut pelurusnya;
6.
Perpotongan garis;
7.
yang ditarik dari sudut-sudut
pelurus tersebut adalah posisi kita di peta.
4. Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di
pet dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan.
Intersection digunakan untuk mengetahui
atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat di lapangan, tetapi sukar
untuk dicapai. Pada intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta.
Langkah-langkah melakukan intersection:
1.
lakukan orientasi medan, dan
pastikan posisi kita; b) bidik obyek yang kita amati;
2.
pindahkan sudut yang kita dapat
di peta;
3.
bergerak ke posisi lain, dan
pastikan posisi tersebut di peta, lakukan langkah b dan c;
4.
perpotongan garis perpanjangan
dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.
5.
Koreksi Sudut
Pada pembahasan utara telah dijelaskan bahwa utara
sebenarnya dan utara kompas berlainan. Hal ini sebetulnya tidaklah begitu
menjadi masalah penting jika selisih sudutnya sangat kecil, akan tetapi pada
beberapa tempat, selisih sudut/ deklinasi sangat besar sehingga perlu dilakukan
perhitungan korensi sudut yang di dapat dari kompas (azimuth) yaitu:
A.
Dari kompas (K) dipindahkan ke
peta (P): K +/- (DM + / VM).
B.
Dari Peta (P) dipindahkan ke
kompas (K): K = P + / - (DM +/-VM)
Keterangan:
Tanda + / - di
luar kurung untuk DM (Deklinasi magnetis/iktikaf magnetis)
= dari K ke P :
DM ke timur tanda (+), DM ke barat tanda (-) = dari P ke K: DM ke timur tanda
(-), DM ke barat tanda (+) Tanda +/- di dalam kurung untuk VM (variasi
magnetis).
= Tanda (=/- di
dalam kurung untuk VM (variasi magnetis)
= T anda (+)
untuk increase/naik; tanda (-) untuk decrease/turun.
Contoh perhitungan:
diketahui sudut
kompas/azimuth 120 derajat, pada legenda peta tahun 1942 tersebut: DM 1 derajat
30 menit ke timur, VM2 menit icrease, lalu berupa sudut yang akan kita
pindahkan ke peta?
P = K = +/-(DM
+/-VM) ingat! Kompas ke peta, DM ke timur VM increase besar VM sekarang (2002) = (2002 – 1942) x 2 menit) =
120 menit = 2 derajat + (1 derajat = 60 menit)
Sudut P = 120 derajat + (1 menit 30 detik + 2 derajat) = 123 derajat
30 menit, jadi sudut yang dibuat di peta adalah 123 ½ derajat.
Menentukan
posisi dan cross bearing
Perhitungan
deviasi pada peta
A = B + (CxD)
A: Deklinasi
magnetis pada saat tertentu
B: Deklimasi
pada tahun pembuatan peta
C: Selisih tahun
pembuatan
D: Variasi
magnetis
Contoh:
-
Deklinasi magnetis tahun 1943
(pada saat peta dibuat) adalah 0030’ (=B).
-
Variasi magnetis pertahun :
2’(=D)
Pertanyaan : Berupa deviasi bila pada peta
tersebut digunakan pada tahun 1988? (=A)
A = B + (CxD)
= 00 30’ + {(88 – 43) x 2’}
= 00 30’ + 900
= 120’
= 200’
Analisa Perjalanan
Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan
kira-kira medan apa yang kita lalui, dengan
mempelajari peta yang akan dipakai. Yang perlu dianalisa adalah jarak,
waktu dan tanda medan.
a.
jarak
jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta, yang
perlu diperhatikan adalah jarak yang sebenarnya yang kita tempuh bukanlah
jarakn horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan) lintasan
yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalihkan dengan
skala untuk memperoleh jarak sebenarnya.
b.
Waktu
Bila kita dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus
memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut.
Tanda medan juga bisa untuk menganalisa perjalanan dan menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan.
c.
Medan Tidak Sesuai Peta
Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan peta yang kita pegang salah.
Memang banyak sungai-sungai kecil yang tidak tergambarkan di peta, karena
sungai tersebut kering ketika musim kemarau. Ada kampung yang sudah berubah,
jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan yang lain yang
mungkin terjadi. Bila anda menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi
lapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti, lihat tahun keluaran peta,
karena semakin lama peta tersebut maka banyak sekali perubahan yang terdapat
pada peta tersebut. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada di
peta sehingga hal-hal yang dapat dianalisa akan terlupakan. Kalau terlalu
banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah(mengikuti punggungan yang salah, mengikjuti sungai yang
salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta 1 : 50.000 atau 1 : 25.000
umumnya cukup teliti.
d.
Memahami Cara Plotting
di Peta
Plotting adalah Menggambar atau membuat titik di peta, Membuatg
garis di peta, Menggambar/membuat tanda-tanda tertentu di peta. Plotting
berguna untuk membantu kita dalam membaca peta.
Contoh cara plotting di peta :
T . 846
1301
Stapala berada
pada posisi koordinat di titik A (3986:6360) + 1400 m dpl. Bapak Zaed
memerintahkan Stapala Agar menuju Koordinat T (402D: 6268)
Langkah-langkah
dalam plotting di peta:
1.
Plotting koordinat T di peta
dengan menggunakan konektor. (pembacaan koordinat dimulai dari sumbu X dulu,
setelah itu baru sumbu Y. (X; Y). T (4020: 6286)
2.
Plotting sudut peta dari A ke T
Tarik garis dari A ke T
Ukur besar sudut A ke T dari titik A ke arah garis AT dengan busur
derajat/kompas orientasi
Pembacaan sudut menggunakan sistem Azimuth (0-3600)
searah putaran jarum jam.
Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.
3.
Interpretasi peta untuk
menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interpretasi ini dapat berupa
garis lurus atau berkelok-kelok mengikuti bentuk jalan setapak, bentuk alur
sungai ataupun punggungan. Harus di pahami betul bentuk garis-garis contour.
4.
Plotting lintasan dan
memperkirakan waktu tempuh Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh:
·
kemiringan
lereng
·
panjang
lintasan
·
keadaan
dan kondisi medan (hutan lebat, semak berduri, gurun pasir, ataupun berbatuan)
·
keadaan
cuaca rata-rata
·
waktu
pelaksanaan (pagi, siang, atau malam)
·
kondisi
fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.
5.
Bergerak dari A menuju ke T
Catatan : sebelum bergesak biasakan melakukan check
ulang segala kondisi yang ada.
Tambahan Orienteering
Orienteering adalah olahraga yang mana seorang orienteer (pelaku
orienteering) menggunakan peta dan kompas dengan tepat dan akurat untuk
menemukan titik dipermukaan bumi. Hal ini menjadi suatu kenikmatan jika
dilakukan di hutan atau sebagai olahraga yang dilombakan.
Standar jalur orienteering terdiri dari start, rangkaian dari titik
kontril yang ditandai dengan lingkaran, dihubungkan oleh garis dan angka agar
didatangi oleh peserta, dan finish. Lingkaran pada titik kontrol terletak di
tengah tempat yang akan ditemukan; atau disebut juga deskripsi kontrol
(kadangkala disebut petunjuk). Di atas tanah, bendera kontrol menandakan lokasi
di mana orienteer harus mendatangi lokasi tersebut.
Untuk membuktikan telah datang, seorang orienter menggunakan
“punches”/alat peluang kertas atau stempel yang tergantung dekat bendera untuk
mendandai kartu kontrol yang dibawanya. Tanda pelubang tidak sama pada tiap
titik kontrol untuk membedakan titik kontrol satu dengan lain.
Jalur antara “control” tidak selalu spesifik, dan ini keseluruhannya
tergantung kepada orienteer, pemilihan
rute yang tepat dan kemampuan navigasi adalah esensi utama dari orienteering.
Banyak kegiatan orienteering menggunakan titik start yang sama
dengan finish untuk memastikan bahwa ti ap orienteer mempunyai kesempatan untuk
memilih rute mereka sendiri, dengan batasan waktu yang telah ditentukan.
Meskipun mungkin untuk melakukan orienteering dengan sembarang peta,
tetapi akan lebih mudah lagi jika menggunakan peta yang khusus untuk
orienteering. Selain petanya akurat dan detail, peta tersebut disiapkan dengan
skala manusia, daerah-daerah dan perkembangan wilayah dipetakan sehingga apa
yang nampakl di peta adalah hasil dari pembangunan manusia, dan perluasan
wilayah berlangsung dengan cepat.
Peta orienteering berkembang
dengan cepat kurang lebih 50 tahun yang lalu. Pada tahun 1949an, kegiatan
orienteering di Skandinavia menggunakan peta 1 : 100.000 (1 cm ; 1 km),
menggunakan peta terbitan pemerintah, kadang hitam putih dan tanpa garis kontur
untuk menampilkan bentuk dari daratan. Dewasa ini, banyak kegiatan orienteering
dilaksanakan dengan peta 5 warna yang memakai interval kontur 5 meter dan
memakai skala 1 : 10.000 (1: 100 meter)
Banyak ciri-ciri peta orienteering yang berhubungan dengan peta
untuk mendaki gunung dan peta yang digunakan umumnya yang dibuat oleh
pemerintah. Bagaimanapun, satu gambaran dari peta orienteering yang spesifik
adalah: garis utara peta. Pada contoh terlihat di sini, garis tersebut
digambarkan dengan warna biru (pada beberapa
peta berwarna hitam). Garis utara peta adalah garis lurus/sejajar yang
membujur dari selatan mangeis ke utara magnetis, dan membentang sepanjang 500
meter pada peta. Mengapa garis utara pada peta orienteering tidak sama dengan
utara sebenarnya? Sebab sudut antara utara magnetis dan utara sebenarnya
(deklinasi) sangatlah besar pada beberapa tempat di dunia, dan alasan orienteer
menggunakan kompas untuk menentukan arah mereka sendiri (ke arah utara
magnetis, bukan utara sebenarnya, ini menjadi standar untuk garis patokan pada
peta sehingga mudah untuk menggunakan kompas orienteering untuk menentukan
sudut kompas.
Beberapa aturan umum untuk simbol peta orienteeting dibuat agar
sistem mudah dimengerti.
Simbol Peta Orienteering:
Simbol hitam digunakan untuk:
·
Bentukan batuan (sebagai contoh batu besar, tebing, tanah berbatu)
·
Tampilan garis seperti jalan, jalan setapak, gang sama seperti bangunan
·
Bangunan buatan manusia (sebagai contoh, reruntuhan dan gedung-gedung) simbol coklat digunakan
untuk
·
Bentukan tanah seperti garis kontur, retakan tanah, bukit kecil. Biru digunakan untuk
·
Bentukan air: danau, kolam, sungai, jeram, rawa, rawa. Kuning untuk menampilkan.
·
Vegetasi,
khususnya untuk tanah terbuka tanpa hutan. Kepadatan dari warna kuning
menunjukkan : warna kuning terang untuk padang rumput, kuning pucat untuk
padang rumput dengan rumput yang tinggi. Hijau digunakan untuk menunjukkan yang menghambat pergerakan dari
seorang orienteer. Daerah yang berwarna paling hijau, disebut “fight”, yang
hampir tidak mungkin untuk dilalui. Putih di peta orienteering menunjukkan
hutan dengan sedikit atau tanpa tanaman di bawah pohon-hutan yang dapat dilalui
oleh orienteer dengan mudah. Ungu (atau merah) digunakan untuk menandai.
·
Jalur orienteering di peta. Kondisi yang spesifik untuk kegiatan orienteering (seperti
tempat untuk outbound di mana tanaman pertanian tumbuh) juga di desain dengan
warna merah).
Ketika kita membuat jalur pendakian, ada dua pilihan jalur yang dapat
kita ambil:
1. Mengikuti punggungan
2. Dengan satu sudut kompas yang akan
membentuk satu garis mulai dari awal sampai ke puncak
v Jika kita memilih punggungan sebagai
jalur menuju puncak atau titik akhir rencana pendakian kita, maka hal-hal yang
harus kita perhatikan adalah sebagai berikut:
a. membuat jalur di punggungan berarti
kita akan berada di elevasi yang semakin tinggi sehingga jauh dari sungai.
b. Ketika memilih punggungan, usahakan
punggungan itu memiliki ciri ekstrim yang mudah dikenali di lapangan. Misalnyha
punggungan itu berada di antara dua sungai.
c. Sebaiknya tidak memilih punggungan
yang lebar mulai dari titik awal sampai puncak. Punggungan yang lebar akan membuat
kita sering kali kehilangan patokan ketika kita sudah berada di dalamnya.
Biasanya pada daerah pertengahan punggungan lebar ditumbuhi pohon-pohon yang
tinggi sehingga menyulitkan kita untuk berorientasi medan.
d. Usahakan memilih punggungan yang
menerus ke puncak. Artinya jalur yang ditentukan akan terus menanjak. Untuk
mengantisipasi kebutuhan air, dapat dipilih juga medan punggungan yang
bervariasi. Terlebih dulu yakinkan punggungan yang akan dipakai.
e. Di sekitar punggungan yang dipilih
usahakan terdapat puncakan-puncakan sebagai titik orientasi ataupun titik
lainnya yang ekstrem.
f. Jika memilih punggungan yang tipis
maka kemungkinan kita mengenal medan itu di lapangan relatif lebih mudah.
g. Punggungan tipis akan lebih
memudahkan kita melhat belokan-belokan pungungan itu dibandingkan punggungan
lebar.
h. Selain itu, punggungan tipis juga
akan memudahkan kita melihat punggungan atau lembahan di sisi kiri dan kanan
untuk memudahkan kita saat orientasi.
i.
Sayangnya,
punggungan tipis biasanya curam sisi kiri dan kanannya sehingga menurut
kehati-hatian.
j.
Saat
kita membutuhkan air, medan tipis ini juga akan menyulitkan kita untuk mencapai
dasar lembah untuk mendapatkan air.
k. Medan tipis ini juga rawan terpaan
angin dan hujan saat kita berjalan. Pilihlah lokasi untuk mendirikan
perlindungan (tenda/bivak) yang terhindar dari angin kencang dan pastikan patok
tenda yang dipasang aman dan kuat.
v Dengan satu sudut kompas yang akan
mebentuk satu garis mulai dari awal sampai ke puncak, maka ada saatnya kita
harus menaiki punggungan dan menuruni jurang-jurang curam, jadi dengan cara ini
tidak jarang menuju puncak menjadi jauh. Mendaki dengan cara ini membutuhkan
pengetahuan lebih dari kesiapan fisik, sebab medan yang dilalui sangat berat.
Dalam hal mendaki melewati jurang sangat tidak dianjurkan untuk
dilakukan oleh personal MAPATEKSI dalam keadaan normal, sebab bila terjadi
letusan lava maka lahar akan melewati sungai-sungai pada jurang tersebut, saat
terjadi hujan yang lebat kemungkinan terjadi banjir bandang sangat besar. Jadi
disarankan jurang sebagai jalur air hanya digunakan dalam keadaan darurat atau
untuk mendapatkan air. Kenyataan alam itu tidak sederhana contoh di atas.
Banyak sekali bentuk alam, dan bahkan lebih banyak tidak tergambar di peta
skala 1: 50.000 yang umumnya kita pakai. Untuk mendaki gunung beberapa
kenampakan perlu dipahami diantaranya; punggungan, lembah, sungai sadel, pass,
dan col.
Memilih Jalur Dalam Melakukan Praktek Navigasi di Hutan Tertutup.
Mengandalkan kompas ketika melakukan pendakian gunung atau hutan di luar jalur normal,
memang memerlukan kemampuan lebih. Ilmu Navigasi, pengetahuan iklim dan medan
sangat menunjang selain kesiapan fisik dalam usaha mencapai tujuan yang telah
direncanakan. Sebelum memulai perjalanan dalam kungkungan tajuk hutan,
perencanaan harus dibuat sedetil mungkin. Berbagai faktor yang mempengaruhi
dalam merencanakan jalur tersebut, salah satunya adalah memilih jalur yang kita
pilih di atas peta. Dalam kesempatan ini ada beberapa tips cara memilih jalur
yang bisa dipakai.
1. Mulailah urut mulai dari puncak,
atau sasaran akhir ke arah daerah yang paling mudah dijangkau pencapaiannya
ketika kita akan memulai masuk ke dalam hutan/gunung pada peta.
2. jangan hanya terpaku pada satu jalur
yang kita turut, buatlah sebanyak mungkin.
3. setelah kita mendapatkan banyak
jalur itu, mulailah menganalisa kontur yang dilewati oleh jalur yang kita buat
itu, memungkinkan atau tidaklah untuk kita tempuh.
4. perbandingan satu jalur dengan jalur
yang lainnya dan diskusikan dengan rekan satu tim.
5. sebagai bantuan dalam memilih jalur,
pilihlah jalur yang memiliki bantuan alam yang mudah kita kenal ketika kita
berada di hutan. Misalnya: puncakan, sungai, bentukl lembahan atau punggungan
yang ekstrim dan lain-lain, yang bisa kita jadikan acuan atau string-line.
6. selain itu pertimbangkan dukungan
sumber air yang mudah kita dapatkan ketika kita berada di dalam hutan, juga
menjadi faktor yang tak kalah pentingnya dalam keberhasilan rencana.
7. pilih jalur yang memiliki poin-poin
atau titik sasaran antara yang ekstrim seperti puncakan, pertigaan sungai, dll
yang dapat kita jadikan sasaran kecil, sehingga kita bisa mengevaluasi tahap
per tahap perjalanan kita nanti.
8. setelah jalur dipilih, buatlah tabel
navigasi rencana pergerakan dari awal
sampai akhir. Hal ini sangat bermanfaat ketika kita kehilangan orientasi pada
saat di dalam hutan, bila sudut yang kita rencanakan seharusnya mengarah ke
punggungan ternyata mengarah ke lembahan atau medan lain yang tidak seharusnya,
kita bisa langsung mengevaluasi di mana kesalahan itu terjadi.
9. Buatlah tabel navigasi itu sederhana
mungkin agar mudah dibaca saat kita melakukan kegiatan.
10. Koordinasikan jalur yang kita pilih
yang berkaitan dengan kebutuhan peralatan dan lamanya kegiatan untuk kebutuhan
makanan.
Sebelum memulai suatu ekspedisi atau
perjalanan kita harus telah mempelajari semua tentang daerah tujuan, melengkapi
diri dengan peta, jika ada, dan melakukan latihan sesuai dengan kebutuhan.
Ingat tempat-tempat yang dilewati, arah aliran sungai, ketinggian, tanda-tanda
yang menonjol, arah angin yang umum, pola musim atau cuaca daerah tujuan untuk
menghindari resiko bahaya akan sangat membantu jika kita menghadapi kesulitan.
0 komentar:
Posting Komentar