Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

P3K



P3K PRAKTIS

Kecelakaan dan sakit bisa saja terjadi  para penggiat alam bebas. Jika masih berada di lingkungan perkampungan yang mempunyai balai kesehatan, tentu akan mudah mencari pertolongan pada puskesmas atau petugas kesehatan setempat. Akan tetapi, pendaki yang berada jauh di atas gunung akan kesulitan mendapat pertolongan dari petugas yang berpengalaman dan untuk itu pendaki gunung harus bisa menguasai bagaimana, memberikan pertolongan pertama pada korban.
           
            Lingkungan pegunungan dan alam bebas tidak hanya bisa menyebabkan kecelakaan dan penyakit yang biasa terjadi, tetapi juga bahaya baru atau penyakit yang belum pernah dialami pendaki tersebut. Kemampuan untuk bisa mengatasi keadaan dalam hal kesehatan merupakan tantangan tersendiri bagi para pendaki gunung. Dalam kondisi jauh dari pertolongan dan keterbatasan peralatan P3K, kemampuan seseorang pendaki untuk secara seksama memeriksa korban, menemukan masalahnya dan memberikan pertolongan pertama yang tepat mungkin akan membuat korban mampu bertahan hidup lebih lama hingga mendapat pertolongan dari tenaga medis yang lebih ahli. Dalam satu kelompok pendakian, jika bukan pemimpin kelompok yang menguasai P3K praktis, hendaknya ada salah seorang yang mampu menerapkan, paling tidak dasar-dasar pertolongan pertama dan menjadi orang yang bertanggung jawab dalam urusan P3K. Bab ini tidak membahas P3K secara mendalam, hanya berupa pengenalan. Sangat dianjurkan untuk mempelajari teknik P3K  di badan-badan atau organisasi seperti PMI atau KSR PMI.

Tujuh Langkah Dalam Menghadapi Kecelakaan
           
            Dalam menghadapi situasi darurat, akan terdapat perbedaan pada setiap anggota kelompok tentang cara menerjemahkan kemampuan P3K yang dimilikinya. Respons yang efektif pada kecelakaan di gunung bisa dibagi secara sederhana ke dalam tujuh langkah sebagai berikut :

Langkah-Langkah
Tindakan Nyata
1. Ambil alih situasi
Pemimpin kelompok adalah orang yang bertanggung jawab terhadap keselamatan seluruh anggota kelompok. Adapun usaha evakuasi, merupakan tanggung jawab pemimpin P3K di kelompok tersebut.
2. Dekati korban
Jaga korban dari cedera lebih lanjut dengan hati-hati. Juga, jangan sampai anggota lain ikut cedera sewaktu mendekat korban.
3. Lakukan pertolongan  pertama
Pemimpin P3K memberikan petunjuk pada yang lainnya untuk memindahkan korban pada tempat yang lebih aman jika diperlukan dan melakukan pemeriksaan utama untuk mengetahui dan memberikan pertolongan jika kondisi penderita sangat fatal. Pemimpin P3K harus melakukan pemeriksaan ABCD (Airway+Breathing+Circulation+Disability) dan melakukan CPR (pernafasan buatan) jika diperlukan.
4. Lindungi korban
Pemimpin P3K harus mewaspadai tanda-tanda dan gejala-gejala shock dan memberikan perlindungan, pakaian kering, dukungan psikologis, dan perawatan yang sensitive.
5. Periksa luka lainnya
Pemimpin P3K harus memeriksa jika ada luka atau keluhan lainnya pada korban dan mencatatnya agar bisa dilaporkan pada tenaga medis nantinya.
6. Buat rencana
Ketua kelompok setelah berunding dengan pemimpin P3K harus memutuskan cara yanga baik untuk melakukan evakuasi korban.
7. Membawa korban
Jaga dan ingat kebutuhan korban dan secara teratur memeriksa dan memonitor keadaan korban dan juga kemajuan rencana evakuasi.

Pemeriksaan ABCD
           
            Sebelum melakukan pemeriksaan ABCD, lakukan terlebih dahulu pemeriksaan utama untuk mengenali dan mengatasi adanya kondisi yang fatal. Segeralah mencatat tingkat kesadaran korban. Urutan tingkat kesadaran terhadap gaya tanggap ada empat, yaitu .

·         Waspada
·         Daya tanggap terhadap rangsangan suara
·         Daya tanggap terhadap rangsangan rasa sakit
·         Tidak bereaksi

Selanjutnya, korban dicek untuk indikasi ABCD. ABCD merupakan kepanjangan dari Airway (aliran udara), Breathing (bernafas), Circulation (sirkulasi), Deadly bleeding (pendarahan parah). Aliran udara seharusnya bebas dari rintangan. Jika tidak bernafas, segera mulai emberikan nafas buatan. Perhatikan juga sirkulasi darah yang ditunjukkan oleh denyut jantung dan tekanan darah untuk menghasilkan denyut. Jika ada yang pendarahan yang parah, hindarkan dari bahaya kekurangan darah dengan menekan di atas daerah yang mengeluarkan darah.

Basic Life Support

Basic life support (BLS) adalah suatu keahlian dasar untuk menjaga peredaran darah dan pernafasan pada korban yang pernafasan atau jantungnya berhenti. Jika ada korban yang mengalami gagal system pernafasan, serangan jantung, atau tersambar kilat, satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah menjaga korban tersebut agar bisa bertahan hidup hingga datangnya bantuan dari tenaga medis, yaitu dengan melakukan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation). Ada baiknya juga jika para pendaki gunung mempelajari tekhnis melakukan CPR ini. Berikut urutan pengecekan dan melakukan BLS.


1.      Periksa apakah korbannya pingsan ?
a.       Goyang atau pukul-pukul perlahan dan bertanyalah : “Apakah Anda tidak apa-apa ?”

b.      Jika tidak ada jawaban, segera lakukan langkah selanjutnya.


2.      Buka aliran udara.
a.       Luruskan kepala dan naikkan dagu.

b.      Perhatikan, dengarkan dan rasakan nafasnya.

c.       Jika tidak ada tanda-tanda pernafasan, lanjutkan pada langkah ketiga.

3.      Berikan empat kali pernafasan secara cepat.
a.       Tutup hidungnya, dan berikan empat kali pernafasan

b.      Jika udara tidak mau masuk, atur ulang posisi kepala untuk membuka saluran udara. Jika udara tetap tidak bisa masuk, atur ulang kembali posisi korban hingga terlentang sempurna tanpa ada ganjalan di bawah badannya, luruskan kepalanya dan angkat dagunya. Lakukan lagi langkah 2 dan 3 sampai udara bisa masuk.

4.      Periksa denyut.
a.       periksa denyut nadinya paling tidak 20 detik (hingga satu menit jika korban menderita Hypothermia yang cukup parah).

b.      Jika ada denyut, tetapi tidak ada nafas, lakukan segera pernafasan buatan.

c.       Pernafasan buatan dilakukan dengan selang 2 kali nafas setiap 15 detik (cara menghitungnya: satu dan dua dan tiga dan empat…dan lima belas, nafas, nafas…)

d.      Jika tidak ada denyut atau nafas, lanjutkan ke langkah 5.

5.      Cari bagian tengah tulang dada dan tempatkan kefua tangan di atas dada.
BLOW : Luruskan kepala . Naikkan dagu . Periksa . Pernafasan
               Berikan dua pernafasan
PUMP : Posisikan tangan tepat ditengah dada
               Tekan keras kebawah dua inchi sebanyak 15 kali

Lanjutkan 2 kali hembusan nafas dan 15 kali memompa hingga ada respon dari korban

6.      Penekanan pada dada dan memberikan pernafasan buatan
a.       Tekan lurus ke bawah dengan posisi siku yang lurus. Tekan ke bawah 1,5 hingga 2 cm.

b.      Jika yang melakukan satu orang, buat selangnya 15 kali tekanan dan 2 kali hembusan udara/nafas (cara menghitungnya:  satu dan dua dan tiga dan empat dan seterusnya hingga lima belas, kemudian nafas, nafas …)

c.       Jika yang melakukan dua orang, buat selangnya 5 kali tekanan dan 1 kali hembusan udara/nafas (cara menghitungnya: “satu, dua, tiga, … lima, nafas”)

Memindahkan Korban

         Ada saatnya korban perlu dipindahkan pada saat akan menolongnya atau saat mengeluarkannya dari situasi yang berbahaya. Pada banyak kasus, kita mungkin akan memberikan perhatian pada kemungkinan cedera tulang punggung. Jadi, sangat penting untuk memindahkan korban sebagai satu kesatuan unit. Jaga tulang punggungnya agar tidak membongkok atau melintir.

Saat memindahkan korban, perhatikan beberapa hal :

1.      Pindahkan korban dalam tahapan kecil.

2.      satu orang harus menahan kepala korban dan mengambil ancang-ancang yang berbarengan. Pastikan saat mengangkatnya semua siap secara bersamaan.

3.      Jika memungkinkan, tempatkan orang pada setiap pusat berat tubuh korban untuk mengontrolnya (bahu, pinggang, dan kaki).

4.      Jika korban diperkirakan mengalami cedera patah tulang belakang, jangan pindahkan korban tanpa menggunakan penyangga leher dan dengan dukungan papan penyanggah.

Tekhnik memindahkan korban ada dua cara :

1.      Memindahkan dengan cara mengangkat
    • Satu orang pada bagian kepala dan paling tidak satu orang pada setiap pusat daerah berat tubuh (bahu, pinggang, dan kaki)

    • Orang yang mengangkat kepala harus memastikan semuanya siap. Ia akan memberikan aba-aba pada semua pengangkat untuk mulai mengangkat secara sejajar dan memindahkannya dengan perlahan, tergantung jaraknya. Bisa saja jaraknya dekat dan hanya menggeser tidak jauh dari posisi semula, atau bisa juga semua orang yang mengangkatnya harus berdiri dan memindahkannya pada jarak yang lebih jauh.
DSCF5158
DSCF5159
2.      Memindahkan dengan cara menggulirkan
  • Penolong pertama pada bagian kepala, menjaga kepala tetap stabil selama proses pengguliran dan memberikan aba-aba pada penolong lainnya.

  • Penolong kedua berlutut di dekat dada korban dan meraih bahu dan lengan atas korban

  • Penolong ketiga berlutut di dekat pinggang korban dan meraih pinggang bagian bawah dan tulang panggul.

  • Penolong keempat bersiap di samping  korban dengan matras atau tandu yang siap digeserkan pada saat tubuh korban digulirkan.

  • Penolong pertama memberikan aba-aba, “Gulirkan pada aba-aba ke-3! 1, 2, 3 !” dan seluruh penolong perlahan menggulirkan korban kea rah mereka. Jaga agar tubuh korban sejajar. Penolong pertama menahan kepala dan memutarnya seiring dengan gerak gulir dari penolong lainnya. Setelah matras atau tandu ditempatkan kembali komando pada penolong pertama

  • Penolong pertama memberikan komando kembali, “Balik dalam hitungan ke-3! 1, 2, 3 !” dan kembali semua prosedur tadi diulang untuk menggulirkan balik tubuh korban ke atas matras atau tandu.

















Teknik memindahkan Korban dengan cara menggulirkan juga bisa dilakukan tiga sampai empat orang penolong.
DSCF5160DSCF5161

Perawatan

Cara merawat patah tulang

         Patah tulang juga mungkin menimpa para pendaki. Bagian ini akan memaparkan cara-cara perawatan patah tulang sesuai tempatnya.


Patah Tulang pada Lengan di Bawah Siku, Telapak Tangan Atau Jari

Tempatkan penahan (misalnya sweeter lengan panjang) antara lengan dan tubuh. Tahan dari pergerakan dari daerah siku hingga pertengahan jari. Lilitkan tangan sweeter yang satunya melewati tengkuk dan ikatkan dengan yang satunya. Simpulkan bagian bawah siku agar tidak melorot. Menaikkan posisi lengan seperti ini akan mencegah pembengkakan, serta bagian yang patah juga harus diberi penyangga.
DSCF5162


Patah Tulang pada Bagian Siku

Jika posisi sikunya membengkok, sokong dengan sling pendek. Ikatlah melewati bagian atas lengan dan dada. Periksa juga denyut nadi untuk memastikan pembuluhnya tidak terjepit. Jika tidak ada denyut, luruskan sedikit posisi lengan, dan jika masih juga tidak ada denyut nadinya maka segeralah untuk mendapat pertolongan medis. Jika posisi patah siku dalam keadaan lurus jangan dibengkokan. Tempatkan lembar penyangga pada ketak dan ikatkan lengan pada tubuh.
DSCF5163


Patah Tulang pada Bagian Lengan Atas

lenan dgn slingTempatkan lembar penyangga di bawah ketiak melingkar dari bahuke siku di bagian luar dari lengan. Kemudian sebagai penyangga tangan, ikatkan seutas sling pada pergelangan tangan dan gantungkan di leher.



DSCF5164

Patah pada Lutut

Jika posisi kaki lurus, tempatkan penopang di belakang kaki. Berikan kompres dingin pada lutut. Jika lutut dalam keadaan bengkok, satukan kedua kaki, tempatkan bantalan di antara betis dan paha, lalu ikat. Posisi ini hanya bersifat sementara sampai tim penolong/medis datang. Kemudian posisi kaki harus diluruskan sesuai petunjuk yang benar dari tim medis/ penolong.


Patah pada Kaki Bagian Bawah

Berikan penyangga dari bagian atas hingga tumit, atau tempatkan kaki di antara bantalan penyangga lalu ikat keduanya. Bantalan penyangga ini bisa dibuat dari kayu atau dari matras busa (sleeping pad) yang biasa dipakai sebagai alas tidur.
DSCF5165

Cedera Tulang Leher

Jangan menggerak-gerakan korban sebelum memberikan penopang pada lehernya. Penopang ini bisa dibuat dari gulungan handuk atau bisa juga dari matras busa (sleeping pad) yang dipotong seukuran panjang leher korban. Pasangkan penopang ini mengelilingi lehernya dan ikat.
DSCF5166


Cara Merawat Pergeseran Sambungan Tulang

         Pergeseran sambungan tulang (dislocation) sering juga menimpa pendaki gunung. Pergeseran ini menyebabkan sambungan tulang tidak berada pada posisi yang benar. Kondisi ini sangat menyakitkan dan bisa menyebabkan lemahnya peredaran darah pada urat yang ada pada bagian bawah dari area yang bergeser. sambungan tulang yang bergeser ini harus segera dikembalikan pada posisi yang benar.

         Tanda-tanda dan gejala pergeseran dari sambungan tulang ini adalah rasa sakit pada sambungan tersebut, pembengkakan, memar atau warna membiru pada sambungan yang bergeser, ruan gerak sambungan jadi terbatas, dan bentuk sambungan tulangnya tidak lazim. Perlakukan pergeseran sambuangn tulang ini dengan tidak banyak bergerak dan mengembalikannya pada posisi yang benar.

         Ada beberapa metode untuk mengembalikan posisi pergeseran sambungan ini pada posisi yang benar, tetapi melakukan penarikan secara manual atau menggunakan berat badan untuk menarik tulang yang bergeser adalah cara yang aman dan lebih mudah. Begitu dilakukan dan tulang kembali pada posisi semula maka rasa sakit akan berkurang dan memungkinkan untuk berfungsi dan sirkulasi normal. Untuk menentukan apakah sambungan sudah pada posisi yang benar dapat dilakukan dengan merabanya dan membandingkannya dengan sambungan sejenis lainnya yang tidak cedera. Akan tetapi, biasanya rasa sedikit sakit masih terasa pada sambungan yang bergeser walaupun sudah pada posisi yang benar. Ini bisa diatasi dengan pertolongan tenaga medis yang kompeten.


Cara Merawat Keseleo

         Secara tidak sengaja, kelebihan gerak urat atau tali sendi bisa mengakibatkan keseleo. Tanda-tanda dan gejalanya adalah rasa sakit, pembengkakan da warna memar (menghitam atau membiru)

Saat keseleo, lakukan hal-hal berikut ini :
  • Istirahatkan daerah yang keseleo tersebut.
  • Beri es selama 24 jam, dan setelah itu hangatkan.
  • Kompres, bungkus atau ikat untuk menjaga agar stabil posisinya. Jika mungkin, kalau posisi keseleo pada ankle kaki, tanggalkan dahulu sepatunya agar sirkulasi darah bisa lancar.
  • Posisikan daerah yang keseleo setinggi mungkin. 


Cara Merawat Gigitan Ular
        
         Kemungkinan digigit ular akan kecil jika mampu mengenali jenis-jenis ular berbisa dan habitatnya. Akan tetapi, sebagai seorang pendaki gunung yang selalu melewati daerah hutan, hal ini sangat mungkin terjadi dan Anda harus tahu bagaimana menghadapinya.

         Hal utama yang perlu diperhatikan dalam merawat luka gigitan ular adalah dengan membatasi peningkatan kerusakan pada sekitar area bekas gigitan. Luka bekas gigitan apapun, bisa terinfeksi oleh bacteria yang ada di mulut binatang yang menggigitnya. Gigitan ular yang tidak berbisa sekalipun akan memungkinkan terjadinya infeksi pada bekas luka gigitan. Bisa ular tidak hanya mengandung racun yang menyerang pusat system saraf korban (neurotoxins) dan aliran darah (hemotoxins), tetapi juga mengandung enzim penelan (cytotoxins) yang membantunya untuk menelan mangsanya. Racun ini bisa menyebabkan daerah sel mati yang cukup luas pada luka terbuka yang cukup besar. Kondisi ini bisa menyebabkan korban perlu diamputasi jika kondisinya sudah tidak tertolong. Selain itu, kondisi panic pada korban juga bisa menghambat proses penyembuhan. Rasa cemas, histeris dan panik bisa menyebabkan aliran darah yang cepat dan mengakibatkan racun lebih cepat terserap.

         Sebelum melakukan perawatan terhadap luka gigitan ular, perlu terlebih dahulu memastikan apakah luka gigitan tersebut karena ular berbisa atau bukan. Bekas luka akibat gigitan ular yang tidak berbisa akan memperlihatkan barisan gigi-giginya. Bekas gigitan ular berbisa juga akan memperlihatkan barisan gigi, tetapi akan terlihat dua atau lebih perbedaan bekas lubang yang merupakan hasil injeksi bisa. Gejala gigitan berbisa kadang akan menyebabkan pendarahan pada hidung dan anus, darah pada kencing, sakit pada luka bekas gigitan, pembengkakan pada luka bekas gigitan beberapa menit hingga dua jam setelahnya. Susah bernafas, lumpuh, lemah, regangn pada syaraf dan juga rasa kaku adalah juga merupakan tanda dari bereaksinya bisa tersebut. Tanda-tanda ini biasanya muncul setelah 1,5  jam hingga 2 jam setelah digigit.

Jika sudah diketahui ular yang menggigit adalah ular yang berbisa maka lakukan hal-hal berikut ini :

  • Tenangkan korban dan jagalah agar korban tidak banyak bergerak.
  • Gunakan kain paling tidak dengan lebar 5 cm untuk  mengikat bagian antara luka dan jantung. Gunanya adalah mencegah bisa ular menjalar cepat ke jantung. Tekhnik ini disebut juga Tourniquets. Jika memakai tali, hendaknya dialasi terlebih dahulu dengan lipatan kain agar tidak menimbulkan sakit pada korban. Ada dua tempat dimana tekhnik Tourniquets ini bisa dilakukan, yaitu di bagian lengan atas tepat di bawah ketiak dan di sekitar paha atas.

Sebagai contoh melakukan Tourniquets pada kaki, buatlah tiga kali lilitan dan ikat setengah simpul, lalu tempatkan potongan kayu kecil di atas simpul tadi. Buatlah simpul di atas kayu tadu dua kali, dan putar kayu untuk mengencangkan lilitan kain ikatannya hingga pendarahan berhenti. Tourniquets ini harus cukup kencang untuk mencegah pendarahan darah, tetapi tetap diberi jeda untuk beristirahat. Selesai melakukan Tourniquets ini, segera buka semua ikatannya. Perhatikan bahwa tekhnik Tourniquets ini menghentikan peredaran dan jika dibiarkan terlalu lama bisa mengakibatkan kerusakan yang serius pada sel-sel jaringan. Jangan menggunakan teknik Tourniquets di daerah kepala, leher atau pinggang.

  • Bersihkan daerah luka gigitan dengan alcohol.
  • Mengeluarkan bisa jangan dengan cara dihisap gunakan Poison remover yang ada dalam Snake Bit Kit, atau bisa juga dengan jalan membuat sayatan X tepat pada bekas gigitan dan menekan luka gigitan sembari merendahkan posisinya dari jantung. Hanya cara ini dilakukan segera setelah terkena gigitan.
  • Jangan gerakan bagian yang terkena gigitan, dan letakkan bagian yang terkena gigitan lebih rendah dari jantung.
  • Tanggalkan jam tangannya, anting-anting, gelang atau item penghalang lainnya.

Jangan lakukan hal-hal berikut ini :
  • Jangan berikan korban minuman yang mengandung alcohol atau rokok.
  • Jangan membuat lebar luka bekas gigitan karena akan lebih membuka jalan bagi bisa ular untuk masuk ke dalam aliran darah, serta juga bisa mengakibatkan infeksi.
  • Bagi yang melakukan pertolongan terhadap korban agar tidak menggunakan tangannya yang telah terkena daerah bekas gigitan untuk mengusap mata karena racun ular bisa mengakibatkan kebutaan jika terkena mata


Acute Mountain Sickness (AMS)

         Acute Mountain Sickness (AMS) atau penyakit ketinggian ini biasa menyerang pendaki gunung yang berada di gunung yang tinggi. Pada ketinggian lebih dari 3.408 meter dari permukaan laut, sekitar 75% orang akan terken gejala ringan. Terjadinya AMS tergantung pada ketinggian, laju pendakian, dan tingkat ketahanan individu masing-masing. Banyak juga orang yang terkena AMS pada saat proses penyesuaian (aklimatisasi). Gejalanya biasanya dimulai 12 hingga 24 jam setelah sampai di daerah ketinggian. Gejala AMS ringan adalah sakit kepala, pusing, kelelahan, bernafas pendek-pendek, kehilangan nafsumakan, mual, tidur susah, dan secara umum perasaan tidak enak. Gejala ini akan semakin memburuk di waktu malam pada saat laju pernafasan menjadi lambat. AMS ringan tidak mengganggu aktivitas normal dan gejala ini biasanya akan hilang setelah 2 hingga 4 hari setelah tubuh mulai menyesuaikan diri atau beraklimatisasi. Selama gejala AMS-nya ringan, pendakian dapat diteruskan secara perlahan. Saat melakukan pendakian, penting sekali bagi setiap individu untuk memberitahukan kepada anggota yang lain jika merasakan adanya gejala AMS.

Cara perawatannya :
         Selain aklimatisasi yang cukup atau turun ke tempat yang lebih rendah, gejala AMS ringan dapat diatasi dengan obat sakit kepala yang bisa mengurangi rasa sakit. Namun, perlu diingat bahwa mengurangi rasa sakit tidak berarti menyembuhkannya.
         AMS ini juga menyerang pendaki pemula yang baru pertama mendaki gunung pada ketinggian di bawah 2.000 meter sekalipun. Untuk menghindari hal ini terjadi, ada baiknya untuk beristirahat sejenak saat sampai di kaki gunung sebelum memulai pendakian. Bagi pendaki pemula hindari untuk mendaki gunung dengan cara kebut semalam (kebut semalan merupakan istilah untuk pendakian yang dilakukan pada waktu malam hari langsung menuju puncak dan turun pada keesokan harinya) karena AMS akan mudah menyerang tubuh yang belum terbiasa dengan kedaan oksigen di daerah tinggi.

Hypothermia
        
         Hypothermia adalah kondisi dimana suhu tubuh turun hingga di bawah 35°C (95°F). Biasanya ini disebabkan oleh tubuh yang terlalu lama bersentuhan dengan hawa dingin, seperti kehujanan di gunung ditambah lagi serangan angina kencang yang dingin. Penurunan suhu tubuh ini bisa mengakibatkan kematian. Pada penderita hypothermia ringan mungkin akan mempunyai tekanan, denyut nadi dan pernafasan yang normal. Akan tetapi, masih bisa dikenali gejala lainnya secara mental, yaitu perubahan dari tingkah laku yang tidak normal, serta kurang konsentrasi. Secara fisik akan terlihat pucat, menggigil, dan kaki serta tangan melemah karena aliran darah menjauh dari permukaan organ tubuh utamanya.

Perawatan yang diberikan :
  • Tempatkan korban pada posisi yang terlindung dari angin, hujan atau udara dingin. Juga jangan sampai tubuhnya bersentuhan langsung dengan tanah, berikan alas di bawah tubuhnya.

  • Pastikan korban dalam keadaan hangat dan kering, gantilah pakaiannya jika basah dengan yang kering. Waktu mengganti pakaiannya, ganti satu persatu. Jangan tanggalkan seluruhnya. Tubuhnya yang terbuka bisa memperparah keadaannya.

  • Setelah itu, masukkan korban ke dalam Hypothermia blanket. Jika tidak mempunyainya korban bisa dimasukkan ke dalam sleeping bag yang telah dihangatkan terlebih dahulu. Tempatkan juga benda-benda yang bisa menambah kehangatan.

  • Bisa juga korban didekap oleh seseorang agar bisa berbagi panas tubuhnya.

  • Berikan korban makanan dan minuman yang hangat dan yang gampang dicerna. Jangan lakukan ini jika korban dalam keadaan pingsan.

  • Hindari memberikan korban minuman beralkohol, mengandung kafein dan rokok.


Hypothermia dapat dibagi atas tiga tingkatan, yaitu :
1.      Ringan (Mild)
Suhu tubuh di bawah 36°C-35°C.

Gejala : mulai gemetar, bisa gemetar ringan hingga parah, tidak bisa melakukan sesuatu dengan tangan, tangan terasa kaku atau beku.

2.      Sedang (Moderate)
Suhu tubuh di bawah 35°C-34°C

Gejala : gemetaran mulai tidak terkendali dan menghebat, keadaan mental mulai berubah, sedikit bingung, kesadarannya mulai melemah. Ini juga ditandai dengan korban yang makin meracau dan kadang korban membuka bajunya sendiri seolah-olah kepanasan. Otot-otot semakin tidak terkoordinasi, bergerak lamban dan lemah, tersandung-sandung.

3.      Parah (Serve)
Suhu tubuh di bawah 29°C-27°C

Gejala : pingsan, detak jantung dan pernafasan melemah, denyut nadi bisa tidak terasa, Cardiac dan organ pernafasan gagal berfungsi.
DSCF5167

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar